Laman

Rabu, 15 September 2010

rumahku dan para setan

Rumah di pojok jalan itu memang sudah terkenal menyeramkan bagi penduduk kampung ini. Beberapa waktu lain, seorang pengendara sepeda terjatuh tanpa terpeleset ataupun terantuk batu. Ngakunya, dia terjatuh karena menabrak sesosok tubuh besar berkulit hitam. Sebelum itu, seorang warga sekitar juga melihat seorang wanita cantik bergaun putih bertengger di pagar rumah yang tingginya sekitar dua meter tersebut. Dan itu terjadi setelah lewat tengah malam.
Rumah setan memang telah menjadi komoditas cerita menarik dari masa ke masa. Media cerita seram yang dulunya dari mulut ke mulut kini sudah disabet production house untuk menjadi teman ngemil di malam hari. Walaupun sudah membosankan dan membuat mual, toh demi segepok uang cerita setan yang langka ini terus diproduksi.

Langka? Ditinjau dari kedudukan setan terhadap manusia, rumah setan sebenarnya bukan barang langka. Tak perlu menunggu rumah sampai kosong, berdebu, bersarang laba-laba, dan berlumut, sekarang juga rumah Anda bisa jadi rumah setan. Tapi semoga itu tidak pernah terjadi.

Setan Apa Saja?
Ketika mendengar kata setan, otomatis orang langsung membayangkan sosok menyeramkan. Diciptakan dari api serta bertanduk dua. Yang suka nonton teve akan membayangkan sosok yang lebih seru lagi. Pegang tombak trisula, berekor, berlumuran darah, dan sebagainya.
Itulah setan dari bangsa jin. Tapi setan bisa juga berpakaian necis, berkrah putih dan berjas. Setan bisa menyetir mobil ketika berangkat kerja. la bisa pula berarti orang yang duduk di jabatan tertentu dan punya kedudukan sosial tertentu. Bahkan bisa jadi ia berselubung jubah keagamaan. Yang terakhir ini adalah setan dari jenis manusia.
Pembagian di atas tidak salah, karena Allah sendiri berfirman, “Katakanlah, “Aku berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari jin dan manusia.” (An-Nas:1-6)
Kalau begitu atribut rumah setan tidak melulu disebabkan makhluk halus. Dalam konteks agama, ia bisa diberikan-karena aktivitas penghuni rumah itu sendiri yang merupakan makhluk kasat mata.
Polah Setan Manusia
Kadang manusia tak menyadari, dia sendiri yang menjadi biang keladi. Sadarnya sudah ketika di hari kiamat nanti. Ada beberapa hal yang perlu Anda ketahui agar rumah Anda tak dimasuki setan dan sebaliknya dikunjungi para malaikat.
Termasuk rumah yang disukai setan dan dibenci malaikat adalah rumah orang yang memutuskan silaturrahim. Nabi bersabda, yang artinya, “Sesungguhnya para malaikat tidak turun kepada segolongan orang yang di tengah mereka ada orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan.” (Riwayat Al-Ashbahani dan Ath-Thabrani)
Lebih berat lagi jika penghuni rumah tersebut merupakan orang yang durhaka kepada orang tua. Rasulullah mengancam orang seperti ini, dalam sabdanya yang artinya, “Tiga orang yang tidak masuk surga: orang yang durhaka kepada kedua orang tua, pembuat khamr, dan orang yang menceritakan apa yang dia berikan.” (Riwayat Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Hakim)
Kezaliman lain yang menyebabkan penghuni rumah disukai setan dan dijauhi malaikat adalah memakan harta anak yatim. Rasulullah bersabda tentang rumah yang baik dan yang buruk, dalam sabdanya yang artinya, “Sebaik-baik rumah di tengah kaum muslim adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diperlakukan dengan baik, dan seburuk-buruk rumah di tengah kaum muslim adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diperlakukan secara buruk.” (Riwayat Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah)
Itulah sebagian akhlak manusia yang membuat setan senang menyatroni kediamannya dan membuat malaikat enggan berkunjung. Secara umum, setan suka pada orang yang melakukan dosa dan malaikat membenci mereka.
Tak Sadar Menarik Setan
Ada akhlak buruk manusia yang membuat setan tertarik. Ada pula perilaku penghuni rumah yang menurutnya tidak apa-apa, tapi benar-benar membuat malaikat jauh dari rumahnya dan setan suka berkunjung ke rumahnya.
Sudah menjadi kebiasaan masyarakat di masa kini untuk menggantungkan lukisan atau foto di rumah-rumahnya. Alasan mereka demi nilai estetika. Tidak mengapa jika lukisan atau foto tersebut sekadar pemandangan alam tanpa makhluk hidup berkepala. Yang jadi masalah jika yang digantung itu lukisan atau foto makhluk hidup berkepala. Tidak peduli itu foto kepala negara atau sekadar foto kenangan si kecil waktu masih bayi, semuanya merupakan kesukaan setan.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya para malaikat tidak memasuki suatu rumah yang di dalamnya ada anjing dan gambar timbul (relief).” (Riwayat Ahmad, At-Tirmidzi, dan Ibnu Hibban)
Musik ternyata juga sudah menjadi atribut rumah tangga masyarakat kita. Masih nilai keindahan dan hiburan yang dijadikan alasan. Sama seperti di atas, musik ini juga sudah menjadi kegemaran setan sejak dulu.
Allah berfirman dalam Al-Quran, yang ditujukan kepada iblis : “Dan, hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan suaramu.” (Al-Isra’ : 64).
Mengenai ayat ini, Ibnu Abbas berkata, “Suara setan adalah lagu, seruling, dan perkataan yang sia-sia.”
Biasanya, orang yang gemar mendengarkan musik, cenderung menghindari berdzikir menyebut asma Allah. Padahal, dzikir inilah yang membuat setan malas berkunjung ke rumah kita. Jika penghuni rumah sering menyebut asma Allah, rumah bakal sering dimasuki malaikat dan setan pun emoh mengunjunginya.
Rasulullah bersabda, “Tidaklah segolongan orang berzikir kepada Allah melainkan para malaikat mengelilingi mereka dan meliputi mereka dengan rahmat, menurunkan ketenangan kepada mereka dan Allah menyebut mereka termasuk orang-orang yang ada di sisi-Nya.” (Riwayat Muslim dan Ahmad)
Kolaborasi Setan Manusia dan Jin
Yang paling parah adalah ketika penghuni rumah memang suka berkawan dengan setan dari jenis jin. Ini bisa terlihat dan perilaku penghuni rumah yang suka memasang jimat. Ada rumah yang jimatnya dipasang di atas pintu masuk, agar siapa saja yang masuk ke rumahnya akan terkena pengaruh jimat tersebut. Ada yang memasangnya untuk menolak bala. Ada jimat yang memang khusus untuk pelarisan rezekinya, dan sebagainya. Sedangkan Rasulullah telah melarang penggunaan jimat ini, dalam sabda beliau, yang artinya, “Barangsiapa yang menggantung jimat, maka ia telah syirik.” (Riwayat Ahmad dan Al-Hakim, sahih)
Tak Sekadar Berkunjung
Kadang-kadang -qadarallah- jin jahat tak hanya berkunjung ke rumah kita tapi ikut-ikutan menempati tubuh penghuni rumah. Gejala-gejala orang yang kemasukan jin ini antara lain suka menyendiri, dan jika berkumpul dengan banyak orang ia malah mengamuk. Orang yang kerasukan jin juga berat untuk berbuat ketaatan. Ia juga sering bermimpi buruk seperti jatuh dari ketinggian atau dikejar-kejar sesuatu yang menyeramkan. Pandangannya juga kosong tidak tajam.
Kasus semacam itu sering menimpa orang yang jiwanya labil. Biasanya ia terlalu larut dalam kesedihan atau kegembiaraannya sangat berlebihan, sehingga hilang ingatnya kepada Yang Kuasa. Atau jin itu iseng menempel di tubuh seseorang karena menyukainya.
Pernah seorang mahasiswi tengah bermain-main bersama teman-temannya di Parang Endok, bilangan pantai Parangtritis. Begitu rombongan mau pulang, sang mahasiswi tersebut ngambek tak mau pulang. Ketika dipaksa masuk mobil, sepanjang perjalanan pulang ia mengamuk terus. Setelah diperiksa diperkirakan dia kerasukan jin. Maklum saja walau kuliah di universitas yayasan Islam, tapi pergaulan dan perilakunya jauh dari tuntunan Islam.
Setelah dibacakan beberapa potong ayat dari surat-surat di Al-Quran, dia kelihatan berontak. Kepalanya dibentur-benturkan ke tembok, lima temannya yang berusaha mencegahnya harus terhengkang jatuh. Ketika diajak bicara, nada bicaranya berubah jadi berat. Dia mengaku bernama Nyi Kembang, anggota pasukan Ronggolawe, sekarang tinggal dalam sebuah gua di pantai tersebut.
Bisa Diobati
Sebagaimana umumnya penyakit, hal-hal semacam itu bisa diobati. Memang semua penyakit bisa diobati, kecuali ketuaan dan kematinn. Dan kerasukan jin termasuk penyakit, karena keluar dari kondisi yang normal. Penyakit semacam ini ada yang sengaja dimasukkan, dan ada yang tanpa kesengajaan.
Bisa saja orang yang membenci seseorang kemudian ingin mencelakainya. Cara yang ditempuh misalnya lewat bantuan dukun. Sang dukun tentu tidak bekerja sendirian tapi berkolaborasi dengan setan. Dukun membayar tumbal, setan merasuki manusia yang jadi korban untuk menyakiti. Ada juga seseorang kerasukan jin karena ulahnya sendiri atau si jin yang memang iseng merasukinya.
Dengan izin Allah, hal-hal demikian bisa diobati. Untuk kerasukan akibat sihir memang terasa lebih berat. Namun para ulama telah mewariskan pengobatan yang digali dari Al-Quran dan As-Sunnah. Yang jelas Al-Quran secara umum merupakan obat
“Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Al-lsra:82)
Sang mahasiswi yang dirasuki setan tadi juga akhirnya diobati dengan pengobatan lewat bacaan doa (ruqyah). Tentang doa memang banyak yang menuntunkan secara umum. Yang jelas tidak menyelisihi syariat dan bisa dipahami maknanya. Di samping itu tidak boleh diyakini bahwa ruqyah itu sendiri yang membuat sembuh, harus tetap diyakini bahwa Dialah yang memberi kesembuhan.
Karena tak mempunyai model ruqyah yang variatif, maka cukup diambilkan dari ayat-ayat yang sering dipakai ruqyah. Dibacakan Al-Fatihah, sepuluh ayat awal surat Al-Baqarah, ayat Kursi, tiga ayat terakhir surat Al-Baqarah dan Almu’awidzatan (Al-Falaq dan An-Nas). Setelah dibacakan beberapa saat kemudian diselingi dialog, alhamdulillah akhirnya dia sembuh dengan pertolongan Allah.
Preventif Lebih Baik
Kejadian di atas bisa saja menimpa siapapun. Apalagi bila dalam kondisi kalut dan jauh dari mengingat Allah. Tindakan pencegahan tentu lebih baik daripada mengobati, begitu halnya dengan kemasukan jin ini. Segala ketaatan secara umum menjauhkan kita dari hal yang buruk ini. Menjaga salat berjama’ah di masjid misalnya serta melengkapinya dengan salat-salat sunnah.
Dzikrullah, merupakan saranayang baik untuk mencegah terjadinya kerasukan jin. Di samping mendatangkan keamanan dan ketenangan, ia juga menghasilkan pahala dan ampunan.
“… laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Ahzab : 35)
Amirul mu’minin Ali radhiyallahu ‘anhu memberikan nasihat tentang keutamaan berdzikir. Beliau memisalkan bahwa orang yang dikejar-kejar musuh maka akan aman kalau bersembunyi di balik benteng, Demikian orang yang berdzikir dia berarti aman terlindung di balik dzikirnya kepada Allah. Aman di sini berarti bebas dan jauh dari gangguan kejahatan makhluk yang berbuat jahat, salah satunya adalah setan.
Jika kita bandingkan konsep rumah setan secara syariat Islam dengan rumah-rumah masyarakat muslim hari ini, tentunya rumah setan sudah tidak langka lagi. Tidak perlu menunggu orang takut melintas di depan rumah kita gara-gara rumah kita kelihatan angker, marilah sekarang juga kita bersihkan diri kita dari amal yang mengundang setan, dan membuat malaikat lari dari rumah kita.
Disalin oleh Oryza dari Majalah Nikah edisi 11/1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar