Laman

Rabu, 15 September 2010

kepercayaan Syiah Dan Pernyataan Mereka Tentang kekafiran Istri-Istri rasulullah

kepercayaan Syi’ah dan pernyataan mereka tentang kekafiran para ibu kaum Mukminin (istri-istri Rasulullah) dan para sahabat Rasulullah serta kebohongan yang mereka atas namakan Allah dan Rasul-Nya serta para pendahulu dari umat Islam ini yang telah membuktikan kebenaran janji-janji mereka kepada Allah serta membela kebenaran dan berlaku adil.

Kami akan nukilkan untuk anda, wahai kaum Muslimin sebagian dari pernyataan ulama-ulama Syi’ah dalam kitab-kitab induk mereka (kami memohon ampun kepada Allah Dzat Yang Maha Mulia dan kami bertaubat kepada-Nya, karena menukil pernyataan kekafiran dan kebohongan yang mereka atas namakan para wali-wali Allah) sekedar untuk maksud memberikan bukti atas kesesatan mereka, sehingga setelah melihat kebenaran dipersilahkan untuk binasa, barangsiapa menghendaki kebinasaan, dan tetap selamat orang yang mau mengikuti kebenaran.


1. Tokoh ulama Syi’ah yaitu al-Majlisi di dalam kitabnya “Hayatul Qulub” 2:700, cetakan Teheran”, menyebutkan: “Sungguh al-Ayyaasyi meriwayatkan dengan sanad yang masyhur dari ash-Shadiq a.s bahwa Aisyah dan Hafsah keduanya dilaknat oleh Allah begitu pula kedua bapaknya, karena kedua wanita tersebut telah membunuh Rasulullah dengan racun yang diminumkan kepadanya.”

2. Ulama Besar Syi’ah, Muhammad Baqir al-Majlisi dalam kitabnya “Haqqul Yaqiin, hal.519″ berkata: “Kepercayaan kami mengenai tabarru’ ialah bahwa kami berlepas diri dari empat berhala: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Muawiyyah, serta empat orang wanita: Aisyah, Hafsah, Hindun dan Ummu Hakam, serta pengikut mereka dan golongan mereka, Meraka adalah makhluk Allah yang paling jahat di muka bumi. Sesungguhnya tidaklah sempurna keimanan kepada Allah, Rasul-Nya dan para Imam, kecuali jika seseorang telah melepaskan diri dari musuh-musuh mereka.”

Wahai para hamba Allah, perhatikanlah kebencian dan kedengkian Syi-i Rafidli durhaka ini yang berlaku bohong dengan keji, yang mencerca kehormatan para ibu kaum Mukminin, dan para sahabat Rasulullah yang adalah manusia terbaik sesudahnya dan celaan mereka kepada segenap kaum Muslimin. Namun kita merasa cukup Allah sebagai pelindung kita atas mereka. Sedangkan kepada penjahat-penjahat konco iblis, kami menjadikan Allah sebagai penghukum mereka dan kami berlindung kepada-Nya dari kejahatan-kejahatan mereka.

3. Seorang tokoh Ahli Hadits Syi’ah dan salah seorang ulamanya, yaitu al-Kulaini di dalam kitabnya “Ar-Raudhah Minal Kaafi, 8:245, menyebutkan: “Para shahabat sepeninggal Rasulullah murtad dari padanya, kecuali tiga orang al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari dan Salman al-Farisi.”

4. Seorang tokoh dan ulama mereka, Salim bin Qais al-Amiri di dalam kitabnya halaman 96, berkata: “Semua sahabat sepeninggal Rasulullah saw menjadi murtad, kecuali empat orang.”

5. Ahli hadits mereka yang terkemuka, Husein bin Abdul Shamad al-Amili di dalam kitabnya “Wushulul Akhyar ilaa Wushulil Akhbar” mengenai sifat-sifat shahabat ia berkata: “Kami bertaqarrub kepada Allah dan Rasul-Nya dengan jalan membenci shahabat-shahabat, mencela mereka dan membenci setiap orang yang mencintai mereka.” (Baca halaman 164, cetakan Qom, Iran).

6. Mereka menisbatkan suatu kisah bohong dan dusta kepada Ja’far ash-Shadiq, katanya: “Apabila sampai kepada kalian dua hadits yang berlawanan, maka ambillah hadits yang berlawanan dengan umat ini (umat Islam).” Dan katanya pula: “Sesuatu yang menyalahi umat Islam, maka itulah sesuatu yang benar.”

7. Dan katanya pula: “Demi Allah, kalian sama sekali tidak benar meniru apa yang ada pada mereka (umat Islam). Dan mereka pun sama sekali tidak benar meniru apa yang ada pada kalian. Karena itu berbedalah kalian dari mereka. Apapun yang mereka lakukan sama sekali tidaklah termasuk hal yang benar.”

8. Mereka pun menisbatkan kepada Ash-Shadiq juga, katanya: “Demi Allah, tidak ada sedikitpun kebenaran yang masih tinggal ditangan mereka (umat Islam). Yang tersisa pada mereka hanyalah menghadap Ka’bah.” (Al Fushulul Muhimmah fii Ushulil Aimmah, karya al-Khur al-Amili, halaman 225/425).

Mereka mengkafirkan siapa saja yang tidak sependapat dengan mereka dan tidak membenarkan kepercayaan mereka yang sesat itu dan tidak tunduk kepada mereka sekalipun itu para Nabi dan para Rasul, silahkan mengikuti apa yang mereka katakan:

1. Dari Abi Abdillah: “Telah diperintahkan kepada manusia untuk mengenal kami (para Imam) dan berpaling kepada kami dan menyerah kepada kami, dan sekalipun mereka (manusia itu) puasa dan bersyahadat bahwasanya tiada Tuhan selain Allah, tetapi mereka tidak yakin untuk berpaling kepada kami (para Imam) maka dengan demikian mereka menjadi musyrik.” (Wasailus Syi’ah 18 hal. 46).

2. Dan ia berkata: “Demi Allah sekalipun dia sujud sampai patah lehernya, Allah tidak akan menerimanya terkecuali berserah diri kepada kami Ahlilbait.” (Ibnu Babawaih, AlKhisal I, hal. 41).

3. Dari Abi Ja’far: “Barangsiapa mengangkat bersama Imam Ali siapa pun, maka musyriklah dia.” (Alkafi I, hal. 437).

4. Dari Abi Abdillah: “Barangsiapa mengingkari imam-imam, sama dengan mengingkari Allah dan mengingkari Rasul-Nya.” (Alkafi I, hal. 181-187).

5. Dari Abil Hasan a.s, ia berkata: “Kewalian Ali a.s. tertulis di semua Shuhuf para Nabi, dan Allah tidak akan mengutus seorang Rasul terkecuali dengan Nubuwat Muhammad saw dan Washiny (Ali r.a)”. (Alkafi I, hal. 437).

6. Telah berkata Amirul Mukminin (Ali bin Abi Thalib r.a): “Sesungguhnya Allah telah menawarkan Walayahku (sumpah setia kepadaku) kepada semua penghuni langit dan bumi, maka ada yang mengakuinya dan ada yang tidak, termasuk Nabi Yunus yang tidak mengakuinya, maka karena itu Allah memenjarakan dia (Nabi Yunus) dalam perut ikan, sampai dia mangakui sumpah setia itu.” (Bashairuddarajat ed. 2, bab 10).

7. Dari Abu Ja’far, ia berkata: “Demi Allah, sesungguhnya di langit ada 70 jenis Malaikat, sekiranya penghuni bumi berkumpul untuk menghitung bilangan satu jenis saja dari Malaikat itu, niscaya seluruh manusia itu tidak mampu menghitung jumlah bilangannya, sesungguhnya semua Malaikat itu bersumpah setia kepada kami (para Imam).” (Bashairuddarajat ed. 2, bab 6).

Selanjutnya kami sajikan untuk anda, wahai saudara seiman, apa yang dikatakan dan menjadi kepercayaan wakil imam mereka yang ghaib, Ayatullah Ruhullah Alkhumaini, terhadap para Shahabat Nabi saw, Al-Qur’anul Karim dan terhadap Imam-imam Ahlilbait sebagai berikut:

1. Mereka (para shahabat Nabi) yang tiada lain terkecuali dunia yang mereka cari dan haus kekuasaan yang menjadi incaran mereka dan bukanlah Islam dan Qur’an, dimana mereka menjadikan Al-Qur’an semata-mata sebagai alat untuk mewujudkan niat-niat mereka yang buruk dan dengan mudah membuat mereka membuang ayat-ayat itu dari Al-Qur’an dan juga membuat mereka mengubah-ubahnya dan mensirnakannya dari pandangan manusia untuk selama-lamanya, sehingga kehinaan terhadap Al-Qur’an dan kaum Muslimin dapat berkelanjutan sampai hari Kiamat. Tuduhan (perubahan kitab Taurat dan Injil) yang mereka (kaum Muslimin) tuduhkan kepada Yahudi dan Nashrani, sesungguhnya telah menjadi ketetapan atas mereka (kaum Muslimin) sendiri. (Kasyful Asrar, Al-Khumaini, hal. 114).

Demikianlah, dengan tegas Khumaini menyatakan kepercayaannya, bahwa Shahabat-shahabat Nabi itu durhaka dan jahat, yang bertujuan hanya mencari dunia dan haus kekuasaan serta mengubah-ubah Al-Qur’an dan membuang banyak ayatnya, yang berakibat hilangnya Qur’an yang asli untuk selama-lamanya, malah Khumaini membela Yahudi dan Nashara dan mengatakan, justru bukan Taurat dan Injil yang telah berubah, tetapi justru Al-Qur’an yang diubah oleh para Shahabat Nabi, demikianlah ocehan-ocehan Alkhumaini, Ayatullah, Ruhullah.

Wahai saudara seiman, adakah sesuatu keraguan lagi bahwa apa yang dikatakan Alkhumaini itu adalah “Kesesatan dan Kekafiran yang nyata?”

Dan selanjutnya dia tidak segan-segan menuduh Rasulullah dengan tuduhan sebagai berikut:

2. Dan telah menjadi nyata, sekiranya Nabi benar-benar menyampaikan perintah mengenai “IMAMAH” sesuai dengan apa yang Allah perintahkan dan berdaya upaya untuk hal itu, niscaya tidak akan timbul di negeri-negeri Islam semua perselisihan, pertengkaran dan peperangan-peperangan itu, dan tidak akan timbul pertentangan dalam pokok agama maupun cabangnya. (Kasyful Arar, hal. 155).

Selanjutnya dia berani berdusta atas nama Allah dengan berkata:

3. Dengan Imamah-lah agama menjadi lengkap dan missi menjadi sempurna. (Kasyful Asrar hal. 145)

Padahal Allah berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا

Artinya: “Hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.” (Al Ma’idah: 3).

Berikut ini adalah kepercayaan Al Khumaini terhadap Imam-imamnya, ia dewa-dewakan, padahal imam-imam itu bersih dari kepercayaan dan anggapan seperti itu.

4. Sesungguhnya imam-imam mempunyai kedudukan yang mulia dan derajat yang agung dan kekuasaan alamiah dimana semua unsur alam itu tunduk kepada imam-imam itu, dan telah menjadi ketetapan dalam aliran kami (aliran Syi’ah) bahwasanya imam-imam kami itu mempunyai kedudukan yang tidak dapat dicapai oleh Malaikat yang terdekat (dengan Allah) maupun oleh Rasul yang diutus; dan menurut riwayat-riwayat dan Hadits-hadits yang ada pada kami, sesungguhnya Rasul yang agung saw dan imam-imam a.s sebelum adanya alam ini, mereka adalah cahaya-cahaya yang Allah jadikan mengitari Arsy-Nya, dimana mereka diberi derajat dan keistimewaan yang hanya Allah saja yang tahu (hebatnya), dan telah diriwayatkan dari mereka a.s: “Sesungguhnya kami (para imam) dihimpun dalam beberapa suasana bersama Allah yang tidak dapat diisi oleh Malaikat yang terdekat pun, maupun oleh Nabi yang diutus; derajat semacam ini pun dimiliki oleh Fathimah Azzahrah a.s (Alhukumah Alislamiyah, hal. 52).

Kecerobohan dan omong kosong inilah yang menjadi Aqidah dan kepercayaan Wakil Imam mereka yang Ghaib Ayatullah Ruhullah Alkhumaini. Padahal unsur-unsur alam tidak akan tunduk kepada siapa saja terkecuali kepada ALLAH KHALIKNYA.

Wahai kaum Muslimin Ahlil Kiblat, Ahlus Sunnah wal Jama’ah, patutkah hal-hal semacam itu diucapkan dan dijadikan I’tikad terhadap orang-orang yang Allah telah nyatakan sifat-sifatnya dengan firman-Nya sebagai berikut:

1. Surah Al-Fath, ayat 29.

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.

2. Surah At-Taubah, ayat 100.

وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Artinya: Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. itulah kemenangan yang besar.

3. Surah Al-Fath, ayat 18.

لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا

Artinya: “Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, Maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi Balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).”

4. Surah Al-Anfal, ayat 74.

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benar-benar beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.

5. Surah Al-Aa’raf, ayat 157.

فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Artinya: “Orang-orang yang beriman kepadanya, membantunya dan membelanya serta mengikuti cahaya yang diturunkan bersamanya, mereka Itulah orang-orang yang berjaya.

6. Surah Al-Ahzab, ayat 6.

النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ

Artinya: “Nabi lebih utama bagi orang-orang Mukmin daripada diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka.”

Tetapi golongan Syi’ah sebagai pewaris kebencian dan kepercayaan-kepercayaan Yahudi, Majusi dan Nashrani hanya mau menerima satu anggapan bahwa para ibu kaum Mukminin tersebut serta para sahabat Rasulullah, Imam dan Ulama Ahlisunnah dan segenap kaum Muslimin Ahlil Kiblat sebagai golongan murtad lagi kafir. Dimana mereka ini sama sekali tidak memiliki kebenaran. Golongan Syi’ah pun menganggap mendekatkan diri kepada Allah dengan menempuh cara membenci, memaki, melaknat para shahabat dan tidak mau bersatu dengan kaum Muslimin di dalam urusan apa pun dan untuk kepentingan apa pun. Inilah pernyataan dan begitulah kelakuan yang menjadi I’tikad mereka, dengan terus terang mereka nyatakan dan mereka tulis di dalam buku-buku induk mereka, yang menjadi bukti atas sikap mereka dan taqiyyah mereka dalam menutup kekafiran mereka kepada Islam. Dan lebih tegas pernyataan terus terang semacam ini telah dinyatakan oleh ulama besar dan penghulu mereka Nikmatullah Aljazairi dalam bukunya “Al Anwar An-Nu’maani, 2:278″. Ia berkata: “Kami tidak mau bersatu dengan mereka pada Tuhan yang sama, Nabi yang sama, dan Imam yang sama. Karena mereka ini berkata: “Sungguh Tuhan mereka ialah Tuhan yang menjadikan Muhammad saw sebagai Nabinya dan Abu Bakar sebagai khalifah sesudahnya. Sedangkan kami tidak mengatakan (mengakui) Tuhan seperti itu dan Nabi semacam itu. Tetapi kami mengatakan: “Sesungguhnya Tuhan yang menjadikan Abu Bakar sebagai khalifah Nabi-Nya bukanlah Tuhan kami dan Nabi semacam itu bukanlah Nabi kami”.

Wahai hamba Allah, adakah pernyataan terus terang semacam ini masih perlu penjelasan lagi?. Bukankah Syi’ah telah menjadikan dirinya sendiri sebagai saksi, bahwa Tuhan yang telah menjadikan Abu Bakar sebagai khalifah Nabi-Nya, bukanlah Tuhan mereka dan Nabi yang semacam itu bukan pula Nabi mereka. Mereka pun tidak mau bersatu dengan kaum Muslimin dengan Tuhan yang sama dan Nabi yang sama serta Imam yang sama? Sesungguhnya disaksikan oleh Allah yang tiada Tuhan kecuali Dia semata, sesungguhnya Abu Bakar adalah khalifah Nabi Muhammad saw, meskipun kaum Syi’ah membencinya. Allah telah menyebutkan di dalam kitab Al-Qur’an, kitab yang tiada tersentuh kebatilan di zamannya dan kemudiannya, yang di turunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji dengan Firman-Nya:

إِلا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Artinya: “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (At-Taubah, 40).

Masih adakah sesuatu yang meragukan setelah adanya persaksian kekafiran yang mereka nyatakan, bahwa Syi’ah Imamiyah Itsna Asy’ariyah Ja’fariyah tidaklah termasuk Ahlul Kiblat? Adakah orang yang berakal, menghormati diri dan akalnya masih mau terpedaya oleh pengakuan dan propaganda mereka serta kesesatan dan taqiyyah mereka, bahwa mereka masih tetap sebagai orang muslim Ahlul Kiblat? Demi Tuhannya Ka’bah, sama sekali tidak! Telah tampak nyata dari mulut mereka pernyataan kebencian, sedangkan apa yang tersimpan di dada mereka jauh lebih besar. Diri mereka sendiri menjadi saksi atas kekafiran mereka dan mereka mempraktekkan apa yang mereka katakan. Kami hanyalah menyatakan kepada mereka firman Allah yang dinyatakan di dalam Kitab Suci-Nya:

وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا

Artinya: “Dan Katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (Al-Kahfi 29).

Kami katakan pula kepada mereka firman Allah:

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ • لا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ • وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ • وَلا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ • وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ • لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

Artinya: Katakanlah: “Hai orang-orang kafir. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (Al-Kaafiruun).

Saudaraku kaum Muslimin, Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Semoga kalian dirahmati Allah.

Telah saya kutipkan untuk anda sekalian secuil dari kepercayaan-kepercayaan Syi’ah Imamiyah yang tertulis dan tercantum di dalam kitab-kitab induk mereka. Dan mengesampingkan membicarakan kepercayaan-kepercayaan mereka dalam masalah: Al Badaa’ (menisbatkan kesilapan pada pengetahuan Allah), Ar Raj’ah (kepercayaan hidup kembali sebelum hari kiamat), Al Huluul (Emanasi), Taqiyyah dan Mut’ah, agar buku kecil ini tidak menjadi tebal, yang merupakan kekafiran yang berganda. Syi’ah seolah-olah tidak ambil perduli dengan kebenaran apa pun kecuali hanya apa yang terdapat di dalam lembaran kitab-kitab mereka yang penuh dengan kebatilan, kekejian, takhayyul, dan kebusukan. Dalam pandangan Syi’ah, Allah seakan-akan tidak pernah mengutus seseorang Rasul-Nya kepada seluruh umat manusia untuk membawa agama yang lurus dan jalan yang lempang yang Allah kehendaki sebagai rahmat bagi seluruh alam, terkecuali untuk menobatkan kedua belas imam mereka saja, untuk saling mewarisi, mengatur, menguasai, dan mengendalikan alam dan hamba Allah semau-mau mereka, seolah-olah mereka itu menjadi sekutu Allah. Demikianlah golongan Syi’ah dengan kepercayaannya tersebut berkeinginan mewarnai Islam Agama Tauhid yang lurus ini dengan berbagai macam ajaran agama dan keyakinan leluhur mereka, baik berasal dari ajaran agama Yahudi, Majusi, Mythos Yunani maupun Nasrani. Mereka menghendaki untuk memadamkan cahaya Allah dengan lisan-lisan mereka. Namun Allah enggan. Bahkan Allah berkehendak menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir membencinya


http://agus hasan bashori.blog

Tidak ada komentar:

Posting Komentar