Laman

Rabu, 15 September 2010

Mata pencaharian dan ekonomi Quraisy

Kaum Quraisy merupakan penduduk terbesar kota Mekah. Sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai pedagang. Namun sebagian juga sebagai peternak dan pemburu. Di antara mereka terdapat pembesar-pembesar yang di kemudian hari menjadi penentang utama dakwah Rasulullah. Kiranya tidak salah bila kita sedikit mengenal suku Quraisy ini, khususnya yang berkaitan dengan mata pencaharian dan ekonomi mereka.
Perekonomian orang Quraisy dibangun di atas perdagangan, sedangkan industri waktu itu sangat sedikit seperti pembuatan senjata perang (tombak, pedang, baju besi, busur dan panah),
pisau-pisau, industri tembikar, dan perkayuan untuk kebutuhan rumah tangga serta pembuatan ranjang dan kursi. Sebagian lagi peternak dan pemburu. Dalam perdagangan ielaf menjadi sistem mereka. Ielaf ini pertama kali dicetuskan oleh Hasyim bin Abdi Manaf. Prinsipnya, kaum Quraisy membayar uang keamanan sejumlah tertentu dan menjadikan ikon kabilah tersebut sebagai sarikat dalam perdagangan. Atas dasar ielaf ini menjadikan sebab kemajuan kota Mekah.
Sistem perdagangan yang tadinya berorientasi dalam negeri pun berubah menjadi perdagangan internasional. Hal ini dipicu pula oleh adanya perseteruan antara Romawi dan Persi yang kemudian mengembangkan jalan perdagangan laut sebagai ganti jalur perdagangan darat antara Irak dan Syam. Dengan sebab ini pulalah terbentuk kafilah besar yang dibangun sejumlah besar orang Mekah dengan sistem saham, bertambah dan berkurang sesuai kemampuan harta mereka.
Demikianlah perdagangan berperan besar dalam pembentukan masyarakat Mekah. Namun kondisi tersebut menyebabkan kesenjangan sosial, sehingga muncul kemudian tingkatan orang kaya raya, menengah, dan miskin. Jurang antara si kaya dan si miskin pun semakin besar karena modal besar hanya dipegang oleh mereka yang kaya.
ARMADA DAGANG
Perdagangan Mekah kadang-kadang menggunakan jalur laut juga, namun mereka tidak memiliki armada kapal dagang. Mereka hanya menyewa dan menggunakan armada kapal Habasyah dalam pengiriman ke Habasyah, sedangkan kapal Romawi hanya sampai di pelabuhan Al Sya’biyah sebelum digunakannya pelabuhan Jedah pada masa Khalifah Utsman. Kaum Quraisy mengambil dari Habasyah barang-barang seperti bukhur, minyak wangi, bulu binatang, kayu gaharu, kulit, rempah-rempah dan budak belian. Dari Syam mereka mengambil barang-barang seperti biji gandum, terigu, minyak dan khamr. Sedangkan dari India mengambil emas, batu permata, kayu gaharu, kayu sandal, rempah-rempah seperti cabai dan sejenisnya, kain tenun sutra, katun, Za’faran, bejana perak dan tembaga, dan besi.
Perdagangan seperti ini sangat membutuhkan keamanan, sehingga Quraisy menggunakan politik hilm dan lemah lembut dalam mendapatkan hasil dagangnya, juga dalam mengamankan jalur perdagangannya. Quraisy tidak ikut campur dalam peperangan sebelum datangnya Islam kecuali perang Al-Fijaar yangterjadi 4 kali. Di antara yang sangat membantu keamanan kafilah dagang mereka adalah Kabah yang menjadi tempat berhaji seluruh bangsa Arab. Sebagai pusat ibadah bangsa Arab, Mekah memberikan kehormatan kepada bangsa Quraisy. Juga memudahkan mereka untuk merealisasikan politik ielaf bersama para kabilah yang datang sehingga lebih menjamin keamanan perdagangannya.
Di samping dari perdagangan, kota Mekah semakin maju juga karena munculnya kebijakan penguasa saat itu, Qushaiy. Qushaiy mewajibkan pajak 10 % kepada pedagang asing yang datang ke Mekah, sehingga sumber kekayaan Mekah bertambah.
QUSHAIY DAN ANAK-CUCUNYA
Qushaiy dan anak-cucunya merupakan pembesar-pembesar Quraisy saat itu. Mereka sangat menjunjung tinggi dan menjaga akidah, adat istiadat yang berlaku untuk menguatkan hak-hak dan kedudukan sosial serta kepentingan ekonomi mereka. Semua ini memunculkan persatuan dan kesatuan yang kuat antar penduduk Mekah yang pada kelanjutannya membuat mereka sangat menentang munculnya Islam, karena mereka pandang Islam menjadi ancaman serius terhadap kesatuan Quraisy.
Di sisi lain, anak dan cucu Qushaiy juga telah melakukan amalan besar sehingga mampu memajukan Mekah dan membuat kedudukan, keutamaan, kemulian mereka menjadi tinggi serta kepemimpinan mereka di Mekah semakin kokoh. Qushaiy adalah orang yang berhasil menyatukan bangsa Quraisy dan menempatkan mereka di Mekah dan mengatur seluruh perkara Mekah. Anak-anaknya sebagai pemegang jabatannya berikutnya setelah Qushaiy meninggal. Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushaiy juga berhasil menerapkan politik ielaf dan memperluas jalur perdagangan Mekah dari lokal menjadi internasional, juga telah menggali beberapa sumur air minum untuk melayani bangsa Quraisy dan para jamaah haji. Abdul Muthalib bin Hasyim dikenal pula oleh masyarakat Mekah sebagai Al-Fayadh karena kedermawanannya, juga Syaibah Al Hamd karena manusia banyak memujinya. Demikian juga beliau dikenal sebagai orang yang menggali ulang sumur Zam-zam yang kemudian airnya dapat mengalahkan seluruh air sumur di Mekah karena banyaknya, terus menerusnya, serta rasa airnya lebih baik dari yang lainnya.
Demikianlah perekonomian dan kondisi masyarakat Quraisy secara umum dan kondisi nasab Rasulullah menjelang kedatangan Islam. Khusus keluarga Rasulullah, pada saat itu walaupun mereka dari kalangan menengah ke bawah dalam perekonomian tapi mereka mendapatkan tempat khusus di Mekah. Kekayaan dan perekonomian waktu itu dipegang Bani Abdus Syams, Bani Naufal, dan Bani Makhzum. Wallahua’lam.
Disalin ulang dari Majalah Nikah Vol. 3 No. 9 – Desember 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar