Laman

Rabu, 15 September 2010

Puasamu Nerakamu

Bahan kajian untuk myQ Chat. diambil dari Majalah Nikah
Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul-Nya.

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” [Ali ‘Imran : 102]
“Wahai manusia! Bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertaqwalah kepada Allah yang dengan Nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguh-nya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” [An-Nisaa' : 1]
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, nis-caya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan meng-ampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang besar.” [Al-Ahzaab : 70-71]
Amma ba’du:
Puasamu Nerakamu
Ada berbagai macam kegembiraan menjelang puasa. Gembira karena tahu begitu melimpah kesempatan mendapat pahala. Tentunya bagi yang benar-benar mengilmuinya. Anak-anak sekolah senang dengan libur panjang.
Berbagai macam jawaban akan muncul, jika seseorang ditanya mengapa berpuasa. Anak kecil beralasan karena disuruh orang tua, guru, atau ustadznya. Bisa juga malu dengan teman-temanya dan karena ikut-ikutan saja.
Orang dewasa pun akan punya alasan yang berlainan. Banyak yang sudah tahu bahwa itu sebagai kewajiban. Namun, tak sedikit yang berpuasa karena menganggap sebagai tradisi tahunan saja. Bahkan ada juga yang senang dan bersemangat agar berat badannya berkurang.
Bermacam-macam alasan ini, tentu saja akan menghasilkan pahala yang berbeda pula. Sebagaimana dalam hadits disebutkan bahwa seseorang yang puasa karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosanya.
Namun, hal ini tidak mudah. Tak jarang muncul tujuan-tujuan sampingan, di samping menunaikan perintah. Bahkan setelah tahu manfaat duniawi puasa, malah dijadikan tujuan utama.
PENGURANG PAHALA
Adanya tujuan sampingan, akan mengurangi kesempurnaan pahala, bahkan bisa menghapus. Terkadang tanpa terasa niat menjadi salah. Misalnya merasa senang dengan puasanya ketika dilihat orang atau membanggakannya. Inilah penoda niat yang sangat ditakutkan Rasulullah sebagaimana sabdanya,
“Yang paling aku takuti atas kalian adalah syirik kecil. Mereka bertanya, Wahai Rasulullah, apakah syirik kecil itu? Beliau menjawab, ‘Riya’.” (riwayat Ahmad dan Thabrani). Ibnul Qayyim berkata, “Barang siapa dengan amalannya menginginkan selain wajah Allah, dan meniatkan sesuatu selain mendekatkan diri kepada-Nya, maka dia telah menyekutukan Allah di dalam niat dan keinginannya. Sedangkan ikhlas itu, seseorang memurnikan untuk Allah di dalam perkataan, perbuatan, keinginan, dan niatnya”.
Al-’Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas berkaitan dengan surat Hud ayat 15-16, sesungguhnya para pelaku riya’ akan diberikan kebaikan di dunia, yang demikian itu karena mereka tidak dizhalimi sedikit pun.”
Dari Abu Umamah ia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah dan bertanya, Apakah pendapat engkau tentang seseorang yang berperang mengharapkan pahala dan pujian manusia, apa yang dia dapatkan?” Rasulullah menjawab, ‘Dia tidak mendapatkan apa-apa’. Maka dia mengulangi pertanyaan itu tiga kali. Kemudian beliau bersabda, ‘Sesungguhnya Allah tidak akan menerima suatu amalan kecuali karena ikhlas untuk-Nya dan mencari wajah-Nya’. “(riwayat Abu Daud, Nasa’i dengan sanad baik).
JALAN KE NERAKA
Dengan syirik kecil, pahala puasa sudah berkurang, apalagi dengan syirik besar? Seseorang yang seluruh amalannya bukan untuk mencari wajah Allah dan balasandi akhirat, merupakan syirik besar yang bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam.
Sungguh rugi orang yang berpayah-payah puasa, namun akhirnya kekal di neraka. Sebabnya hanya sepele, niat yang tidak benar. Puasanya sama sekali bukan karena Allah. Puasa demi kesehatan atau ikut-ikutan. Puasa karena malu dilihat orang. Allah berfirman, “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan amalan-amalan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh diakhirat kecuali neraka, dan diakhirat itu hapuslah apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan”. (Hud: 15-16).
Dalam” Tafsir Ibnu Katsir”, Al-aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, “Barangsiapa beramal salih (puasa, salat, zakat, salat malam) karena mencari dunia, dia tidak melakukannya kecuali mencari dunia, maka Allah berfirman,”Penuhilah ganjarannya yang dicari di dunia, dan gugurkanlah amalan yang dikerjakannya untuk mencari dunia. Dan di akhirat, dia termasuk orang-orang yang merugi.”
Ibnu Taimiyah berkata,” Karena manusia itu terkadang tujuannya mencari hasil atau pujian manusia dan sebagainya, padahal semua itu akan didapat dengan ikhlas karena Allah dan mencari wajah-Nya. Oleh karenanya, apabila ia berniat mendapatkan itu semua dengan wasilah ikhlas, hal itu adalah terbalik, sebab yang dijadikan tujuan malah selain Allah, padahal seharusnya Allahlah yang dijadikan tujuan dan bukan dijadikan wasilah (perantara).”
Niat, walaupun kelihatannya sepele, namun sangat penting. Dengan niat yang ikhlas, amalan kecil menjadi besar pahalanya sebagaimana disebutkan dalam hadits bithaqah. Dengan niat pula, amalan besar menjadi sia-sia bahkan bisa menyebabkan menjadi golongan yang pertama kali masuk neraka.
Mari kita jalani Ramadhan ini dengan memurnikan niat. Mari menyongsong bulan puasa dengan doa,
“Ya Allah, hantarkanlah diriku pada bulan Ramadhan dan hantarkan bulan Ramadhan kepada diriku dan terimalah (amalan-amalan di bulan) Ramadhan dariku.”
Semoga Allah mengabulkan doa kita, semoga kita bisa menyelesaikan puasa kali ini dengan sebaik-baiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar